Senin, 15 September 2008

Riset Unggulan Kemitraan 2004/2005- Ristek: Pemberdayaan Pekerja Rumahan dan UKM Batik "Semokan" di Jateng


Membuat batik dengan teknik "semokan".


Membuat batik dengan mengkombinasikan teknik semokan & cap.

Industri Kecil-Menengah berbasis sistem “putting-out” dan Pengrajin Rumahan batik dan konveksi/garment batik terbelit dalam persoalan yang kompleks yang menyebabkan kinerja keduanya rendah, seperti tampak dalam antara lain; tidak mempunyai daya saing, produksi dan produktifitas rendah, kontinuitas usaha dan kerja rendah, berpotensi terhadap persoalan ketenagakerjaan (home-workers tidak tercatat sebagai tenaga kerja dan tidak dilindungi Undang-Undang Ketenagakerjaan), penguasaan teknologi yang terbatas, issue gender, issue lingkungan berkaitan dengan ekolabel, penggunaan bahan kimia beresiko pada kesehatan, limbah zat warna, dan pencemaran lingkungan lainnya.

Komoditi batik telah mengalami banyak pekembangan yang dapat dilihat dari desain (tradisional dan modern), teknik produksi (tulis, cap, sablon/printing, “semokan”, tolet, dan kombinasinya), orientasi pasar (domestik dan export), pelaku yang mengerjakan batik dan stereotype yang melekat pada komoditi tersebut (perempuan dan laki-laki), dan wilayah (banyak berkembang di Sragen, Sukoharjo, Surakarta, Yogyakarta, Klaten, dll.).

Salah satu jenis batik yang menunjukkan fenomena yang menarik adalah batik “semokan” atau batik gradasi dan "tolet". Menariknya jenis batik ini ditunjukkan dari data export yang terus meningkatkan terus sejak tahun 1996, integrasi dengan pasar global semakin intensif, pelakunya banyak didominasi laki-laki,dan kebutuhan perkembangan inovasi semakin cepat. Melihat fenomena ini, Riset Unggulan Kemitraan tahap I difokuskan pada produk ini. Desain RUK tahap I – II (2004-2006) menjadi bagian dari satu kesatuan program skala menengah – panjang (2004 – 2010) yang telah dirancang oleh Tim Peneliti Pusat Penelitian dan Studi Gender - Universitas Kristen Satya Wacana (PPSG-UKSW) untuk pemberdayaan industri batik di Jawa Tengah. Riset Unggulan Kemitraan yang dilaksanakan pada tahap I yang telah dilakukan dalam skala terbatas (pilot project) menunjukkan bahwa transformasi sistem “putting-out” dapat mendorong kinerja Industri Kecil-Menengah dan Pekerja Rumahan. Transformasi kinerja Industri Mikro-Kecil dan Pekerja Rumahan difokuskan pada empat aspek yang merupakan titik lemahnya, yaitu:
(1) sumber daya manusia (pengusaha dan Pekerja Rumahan) untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola dan menjaga kontinuitas usaha dan pekerjaan,
(2) pengembangan produk (intensifikasi dan diversifikasi) untuk meningkatkan daya saing,
(3) penataan dan reorganisasi sistem produksi “putting-out” agar memungkinkan terjadinya nilai tambah, efisiensi, peningkatan kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan menjaga ketepatan waktu dan
(4) penguatan kelompok dan advokasi untuk meningkatkan daya tawar dalam jaringan bisnis dan membangun jaminan sosial informal yang berkelanjutan.

Model transformasi memakai pendekatan sistem sebagai satu kesatuan produksi (cluster) yang menekankan dinamika kelompok dengan memakai metode partisipatif riset aksi. Pengusaha dan Pekerja Rumahan serta keluarganya dilihat sebagai satu kesatuan sistem produksi dalam jaringan bisnis yang luas. Terjadi perubahan hubungan transaksi yang strategis antara Pekerja Rumahan – industri sekaligus Pekerja Rumahan secara bersama dengan industri lainnya jaringan bisnis. Maka transformasi yang memberdayakan individu, memberdayakan kelompok, memberdayakan keluarga Pekerja Rumahan akan menciptakan sistem yang sinergis dan mendorong kinerja semua komponen dalam satu kesatuan produksi (industri – Pekerja Rumahan dan keluarganya).

Melalui Riset Unggulan Kemitraan tahun 2004, pemberdayaan Industri Mikro – Kecil – Menengah batik dan garment batik yang menekankan pada kemampuan dan ketrampilan pengembangan produk yang menekankan jaminan kualitas, sesuai kebutuhan pasar dan penguatan kelompok dalam jaringan bisnis. Untuk itu, bengkel kerja sebagai wadah transfer teknologi pembatikan dan pewarnaan yang sesuai selera pasar dan ramah lingkungan menjadi salah satu kebutuhan yang perlu mendapat perhatian dan dukungan, khususnya pada tingkat industri mikro dan Pekerja Rumahan. Terintegrasi dengan adanya bengkel latihan dan produksi bersama, dibutuhkan adanya integrasi sinergis dengan pengusaha menengah yang telah memiliki pasar yang luas (ekspor). Melalui program ini, ada integrasi kegiatan yang berkesinambungan mulai transfer teknologi, produksi bersama, dan penjualan bersama. Transformasi sistem pada tataran mikro (industri mikro dan Pekerja Rumahan) perlu diintegasikan secara horizontal ke industri mikro-kecil dan Pekerja Rumahan dan secara vertikal ke industri menengah yang telah memiliki jaringan pemasaran yang luas. Integrasi horizontal dan vertikal dalam upaya meningkatkan jaminan mutu produk, kapasitas, kontinuitas, dan ketepatan waktu. Kinerja yang sinergis ini memungkinkan setiap pelaku dalam sistem memperoleh manfaat positif.

Tidak ada komentar: