Selasa, 23 Juni 2009

Hibah Kompetensi 2009 - Dikti: Model Transformasi "Putting-Out System" dalam IKM dari Perspektif Gender"

Restrukturisasi ekonomi global akibat krisis ekonomi dan meningkatnya kompetisi mendorong industri untuk menggunakan “putting-out” system (POS) sebagai alternatif sistem produksi yang menguntungkan karena bisa mengurangi biaya produksi.

Melalui POS, sebagian besar proses produksi yang sebelumnya dilakukan dalam perusahaan dipindahkan ke rumah Pekerjanya (Pekerja Rumahan,) yang juga berarti memindahkan biaya produksi yang terkait dengan tempat produksi. Hal ini telah mendorong pertumbuhan industri berbasis POS dan Pekerja Rumahan (home-workers atau home-based workers). Jenis industri ini merambah dalam banyak komoditas, seperti batik (kain, kulit, kayu), tenun, konveksi, meubel (kayu dan rotan), kulit, tanah (gerabah, dll), makanan, monel, dll. Jenis industri ini telah lama ada tetapi krisis ekonomi menjadikannya semakin meningkat, penting, kompleks, dan berbeda dengan industri berbasis POS pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa POS mengalami proses transformasi yang penting dan berimplikasi pada posisi dan peran Pekerja Rumahan.

Namun fenomena POS dan Pekerja Rumahan masih ”disembunyikan“/“tersembunyi” dari berbagai pihak. Implikasinya belum ada kebijakan yang secara jelas mengarah pada pemberdayaan dan perlindungan mereka. Hal ini berimplikasi pada rendahnya kinerja industri mikro-kecil-kecil (IMKM) berbasis POS. Ada fakta yang kontras bahwa Pekerja Rumahan memainkan peran penting untuk mendukung industri agar tetap “bertahan” dan eksis, namun mereka termarginalkan (termasuk tanpa perlindungan) dalam sistem ini.

Nilai tambah dalam rantai bisnis lebih banyak dinikmati oleh pelaku bisnis dalam rantai ini. Hal ini terjadi karena IKM berbasis POS dan Pengrajin terbelit dalam persoalan yang kompleks yang menyebabkan kinerja keduanya rendah, seperti tampak dalam: tidak mempunyai daya saing, produksi dan produktifitas rendah, kontinuitas usaha dan kerja rendah, berpotensi terhadap persoalan ketenagakerjaan (Pekerja Rumahan tidak tercatat sebagai tenaga kerja dan tidak dilindungi UU Ketenagakerjaan), penguasaan teknologi yang terbatas, issue gender, issue lingkungan berkaitan dengan ekolabel, penggunaan bahan kimia beresiko pada kesehatan, limbah zat warna, dan pencemaran lingkungan lainnya.

Melihat fenomena ini, sejak tahun 1999 IKM berbasis POS dan pekerja di dalamnya (home-based workers atau Pekerja Rumahan) menjadi topik penelitian Pusat Penelitian dan Studi Gender – Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian diawali pada industri pengolahan (batik, tenun, konveksi, meubel kayu, meubel rotan, makanan, rokok, kerajinan kulit, kerajinan monel) dan selanjutnya fokus pada industri/pengrajin batik dan konveksi batik. Dalam program riset-aksi ini penekanan pada transformasi kinerja industri berbasis POS dan Pekerja Rumahan di dalamnya. Penekanan pada tiga hal secara komprehensif, yaitu:
1) transformasi sumber daya manusia yang menekankan pada entrepreneurship dan kompetensi,
2) transformasi produk yang menekankan pengembangan produk dan nilai tambah; dan
3) transformasi kelembagaan yang menekankan pada penataan rantai produksi, akses pasar, dan membangun cluster.

Salah satu hal yang masih menjadi persoalan adalah aspek kelembagaan dan pelembagaan untuk mendorong daya saing industri mikro-kecil berbasis POS dan home-based workers di dalamnya. Melihat fenomena ini, maka program hibah kompetensi (2009–2011) difokuskan pada aspek ini dengan tema/judul program Model Transformasi ”Puting-out System”: Peningkatan Daya Saing Industri Mikro-Kecil Berbasis ”Putting-Out” System, Pemberdayan dan Perlindungan Pekerja Rumahan dari Perspektif Gender. Riset-aksi ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang difokuskan pada aspek kelembagaan dan pelembagaan pada lima titik lemah, yaitu:
(1) penataan dan reorganisasi sistem produksi POS dan pemasaran pada tataran mikro-medium dalam satu kesatuan produksi,
(2) transfer inovasi dan teknologi pengembangan produk (intensifikasi dan diversifikasi) sebagai sampel penetrasi pasar alternatif (fair trade),
(3) pengembangan sistem informasi untuk penetrasi pasar alternatif berbasis internet,
(4) implementasi model dalam kelompok home-based workers untuk penetrasi pasar alternatif dan menerapkan prinsip-prinsip pasar alternatif; dan
(5) penguatan kelompok dan advokasi untuk meningkatkan daya tawar dalam jaringan bisnis dan membangun jaminan sosial informal yang berkelanjutan.

Model ini memakai pendekatan sistem sebagai satu kesatuan produksi (cluster) yang menekankan dinamika kelompok dengan memakai metode participatory action research (PAR) dari perspektif gender. Pengusaha dan home-based workers serta keluarganya dilihat sebagai satu kesatuan sistem produksi dalam jaringan bisnis yang luas. Maka transformasi kelembagaan yang memberdayakan individu, memberdayakan kelompok, memberdayakan pekerja home-based work dan keluarganya akan menciptakan sistem yang sinergis dan mendorong kinerja dan daya saing semua komponen dalam satu kesatuan produksi, pemberdayaan dan perlindungan Pekerja Rumahan di dalamnya.

Lokasi penelitian:
Industri Mikro-Kecil batik, konveksi, bordir, kerajinan eceng gondok di wilayah Jawa Tengah.

Waktu:
Tahun I: Juni - Desember 2009.
Tahun II: 2010.

Tim Riset Aksi:
Ir. Arianti Ina R. Hunga, M.Si. (Ketua)
Tundjung Mahatma, S.Pd., Dip.Comp., M.Kom. (Anggota)
Dra. Hartati Soecipto, M.Sc. (Anggota)
Purwanti Asih Anna Levi, S.S. (Anggota)
Dwi Yudha Kartika (Anggota)
Ronnie (Anggota)

Salah Satu Kegiatan Program Riset Aksi Hibah Kompetensi 2009:


Salah satu kegiatan riset aksi dalam penelitian Hibah Kompetensi 2009 adalah pendampingan pembuatan katalog warna alam bagi pengrajin batik.


Proses pembuatan katalog warna alam dimulai dengan memotong kain putih ukuran 30 cm x 30 cm.


Proses kedua adalah menyiapkan bahan pewarna yang diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan pengrajin batik, antara lain indigo, kulit kayu mahoni, kulit kayu secang, daun mangga, dll.


Proses berikutnya adalah mewarnai kain dengan cara mencelupkan kain yang sudah dipotong-potong ke dalam cairan bahan pewarna alam.


Kain yang sudah dicelup bahan pewarna kemudian dijemur dan dicatat.


Kain yang sudah dijemur kemudian difiksasi dengan cara dicelupkan ke bahan fiksasi yang dibuat dari bahan alam seperti tunjung, kapur, dll.


Kain yang sudah difiksasi dijemur lagi.


Kain yang sudah dijemur kemudian dipotong-potong dan ditempelkan pada lembar katalog, dan diberi kode sesuai dengan bahan pewarnanya dan intensitas pencelupan warnanya.