Senin, 15 September 2008

Riset Unggulan Daerah - Balitbangda 2007: Model Penetrasi Pasar Alternatif (Fair Trade), Kasus kerajinan berbasis sistem "putting-out" di Jawa Tengah

Restrukturisasi ekonomi global dan krisis ekonomi telah mendorong pertumbuhan industri, khususnya kerajinan berbasis sistem “putting-out”.Jenis industri/kerajinan ini telah lama ada tetapi sejak krisis menjadi penting, meningkat, kompleks, dan berbeda dengan industri/kerajinan berbasis sistem “putting-out” pada umumnya. Sistem “putting-out” mengalami proses transformasi yang penting dan berimplikasi pada posisi dan peran pengrajin menjadi semakin penting.

Gambaran secara umum kinerja industri kecil-menengah di Indonesia tidak menunjukkan kinerja yang baik. Ada fakta yang kontras, pengrajin dalam sub-sektor kerajinan ini memainkan peran penting untuk mendukung industri agar tetap “bertahan” dan eksis namun mereka termarginalkan dalam sistem ini. Salah satu kelemahannya adalah daya tawar mereka dalam jaringan usaha. Kelemahan terkait erat dengan tidak adanya kelembagaan yang cukup kuat pada aras produsen yang berfungsi sebagai basis produksi maupun pemasaran. Hal ini terjadi karena transformasi sistem ”putting-out” yang terjadi secara alamiah membentuk kluster sistem produksi dan pemasaran yang tidak sinergis. Argumentasinya bisa dijelaskan, pada dua proses yang terjadi pada kerajinan berbasis sistem ”putting-out”, antara lain:
1) desentralisasi produksi
2) reorganisasi produksi, pemasaran dan hubungan kerja, dan
3) ”ketersembunyian” sistem ”putting-out” dari berbagai pihak termasuk pengambil kebijakan.

Berkaitan dengan hal itu, Pusat Penelitian dan Studi Gender - Universitas Kristen Satya Wacana (PPSG-UKSW) bekerjasama dengan Balitbangda Propinsi Jawa Tengah melalui program Riset Unggulan Daerah (RUD) melaksanakan riset-aksi pada skala terbatas (pilot project) yang difokuskan pada tiga aspek yang merupakan titik lemahnya. Oleh karena itu, program riset unggulan yang terdiri dari dua kegiatan, yaitu:

Pertama, set-up kelembagaan model penetrasi pasar alternatif yang terdiri dari:
1) sistem informasi berteknologi internet,
2) kelembagaan pada aras pengrajin (Mitra Parahita), dan
3) pengelola sistem informasi dan pemasaran (Parahita Craft melalui www.parahitacraft.org).

Kedua, implementasi program peningkatan akses pasar melalui model penetrasi pasar alternatif, yang terdiri dari tiga bagian kegiatan, yaitu:
(1) implementasi sistem informasi berteknologi internet sebagai sarana penetrasi pasar alternatif,
(2) implementasi program pada aras produsen (Mitra Parahita) yang terdiri dari; a) persiapan SDM dari aspek wawasan, perilaku, dan tehnis penetrasi pasar alternatif, b) ketrampilan dalam development produk sebagai sampel untuk penetrasi pasar (testing pasar); c) ketrampilan berorganisasi dan bekerja kelompok melalui prinsip pra koperasi/koperasi, d) membangun komitmen dan mekanisme kerja antara kelompok pengrajin (Mitra Parahita) dan pengelola informasi dan pemasaran (Parahita Craft) dalam penetrasi pasar alternatif,
(3) implementasi program pada aras pengelola sistem informasi & pemasaran (Parahita Craft), antara lain; a) persiapan SDM dari aspek wawasan, perilaku, dan tehnis penetrasi pasar alternatif; b) penyiapan instrumen atau tools penetrasi pasar alternatif, c) pelatihan SDM untuk pengelolaan informasi, peningkatan akses pasar, dan ekspor, d) testing pasar; e) pengembangan jejaring untuk peningkatan pasar alternatif dan pasar mainstream.

Model ini memakai pendekatan sistem sebagai satu kesatuan produksi (cluster) yang menekankan dinamika kelompok dengan memakai metode partisipatif riset aksi. Model kelembagaan ini belum bisa dikaji efektifitasnya karena keterbatasan waktu penelitian. Namun, secara konsektual dan percobaan awal model ini memunyai potensi untuk mendorong peningkatan akses pasar dan pemasaran bagi kerajinan berbasis sistem ‘putting-out’. Hal ini didukung oleh jejaring pada aras produksi (membangun klaster produksi) dan jejaring dalam upaya peningkatan pasar dengan beberapa lembaga dalam dan luar negeri (Sawini Trade Foundation, German Garment Training Center, SES – German, dan Cooperation for Development – UK).

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk sampai pada kesimpulan berkaitan dengan efektifitas model ini. Masih terlalu awal untuk mengukur peningkatan kinerja kerajinan berbasis sistem ”putting-out” di klaster Sragen – Klaten – Surakarta – Salatiga, khususnya dari sisi kuantitas. Namun demikian dalam skala terbatas, program Parahita Craft telah memberikan dampak kuantitas bagi sekelompok pengrajin khususnya Batik dan Konveksi Batik. Selain aspek kuantitas ini (terbatas) ada perubahan-perubahan perilaku yang dapat dijadikan indikator pendukung untuk meningkatkan kinerja pada masa mendatang, seperti: cara-cara kerja yang mulai berorientasi pada pasar dan bukan pada modal, bekerja dengan metoda sample, cara-cara kerja yang terukur untuk mencapai kualitas, berorganisasi untuk meningkatkan kinerja dan daya tawar bersama. Disadari bahwa jangka waktu program RUD Daerah yang singkat menjadi salah hal yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai out-put yang diharapkan. Oleh karena itu, harapannya RUD tahun 2007 ini dapat menjadi awal untuk melanjutkan RUD ini pada tahap selanjutnya.

Tim Riset Aksi:
Ir. Arianti Ina R. Hunga, M.Si.
Tundjung Mahatma, S.Pd. Dip.Comp., M.Kom.
Purwanti Asih Anna Levi, S.S.

Tidak ada komentar: